Makalah Agama
RUKUN
IMAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
:
Siti
Barona (1115010135)
FAKULTAS
EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS SERAMBI
MEKKAH
BANDA ACEH
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
" RUKUN IMAN" tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Banda Aceh,10 Mei 2012,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Beragama
adalah suata bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang yang diajarkan
oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok
ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak ada manusia yang
mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama
Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun Iman, terdiri dari
enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam terhadap hal-hal yang
“ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuah kepercayaan
terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman (pilar
keyakinan) ini adalah terdiri dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan
taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat Allah (mengetahui dan
percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta), 3) iman
kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara
hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman kepada Rasul-rasul Allah
(mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam
menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) iman kepada
hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan
ada pembalasan) dan 6) iman kepada Qada dan Qadar (paham pada
keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta).
Enam
pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh
setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya,
sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Oleh karena
itu, penulis akan mengkaji berbagai hal yang meyangkut enam pilar keimanan tersebut,
baik dalil-dalilnya maupun pengaruh keimanan tersebut terhadap kehidupan
seorang muslim. Diharapkan kajian tersebut akan menambah pemahaman penulis
mengenai pentingnya rukun iman dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang
dimaksud dengan rukun Iman?
2. Apakah
kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3. Apakah makna
rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang yang
bertema tentang rukun Islam ini adalah:
1. Memahami
maksud dengan rukun Iman?
2. Mengetahui
kedudukan rukun Iman dalam agama Islam?
3. Memahami
makna rukun iman terhadap kehidupan seorang muslim?
1.4
Metode dan Teknik Penulisan
Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif analitik, yakni
dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan kemudian dianalisis
berdasarkan teori-teori yang ada dan pengetahuan penulis. Adapun teknis
penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan terhadap berbagai literatur
aqidah.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini
disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab
I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan dan
tujuan
Penulisan,
metode dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.
Bab II
Pembahasan materi, yang berisi tentang pengertian, dalil-dalil dan materi rukun
Iman.
Bab III
Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
RUKUN IMAN
SEBAGAI PILAR KEYAKINAN UMAT ISLAM
2.1 Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman
dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang
muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:
o
Patuh dan
taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
o
Mengetahui
dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta
·
Iman kepada
Kitab-kitab Allah
o
Melaksanakan
ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an
·
Iman kepada
Rasul-rasul Allah
o
Mencontoh
perjuangan para Nabi dan Rasul dalam
menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran
o
Paham bahwa
setiap perbuatan akan ada pembalasan
o
Paham pada
keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta
Mengenai
rukun iman ini berikut dalil-dalilnya:
”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialahberiman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi-nabi…” (Al-Baqarah:177)
Begitu juga nabi shalallahu alaihi
wa salam bersabda dalam hadits Jibril: ”Iman ituadalah hendaklah engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya,
dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang
buruk.” (HR Muslim)
2.2.1 Iman Kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah adalah keyakinan
yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah Yang
Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia
yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala
jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat
kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan
kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah
Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada Allah Maha Esa itu merupakan satuan,
Ada pada Allah itu bersifat mutlak, berbeda dengan eksistensi manusia bersifat
nisbi. Aliran Sunni menambahkan beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu
kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan
setiap kebaharuan (Mukhâlafat lil Hawâdits), keberadaannya itu pada zat-Nya
sendiri (Qiyâmuhu bi Nafsihi), maha esa (al-Wahdâniyat), berkemampuan tanpa
batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa hambatan (al-Irâdat), tahu atas setiap
sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt), mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-Bashar),
berbicara menurut zat-Nya (al-Kalam).
2.2.2 Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah
keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan
dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah
hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka
laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka
melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah,
sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an
maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para
malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa
Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat
yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib
mengimani mereka secara ijmal (global).
2.2.3
Iman Kepada
Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan
sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para
nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakan Kalam (firman,
ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar.
Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal,
kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya
secara tafshil, yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib
mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani
bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh
kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan
kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an
merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang
dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah
yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali
kepada-Nya.
2.2.4
Iman Kepada
Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah
keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa
Dia mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan
ancaman kepada mereka. Maka, wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal
sebagaimana wajib pula beriman secara tafshil kepada siapa di antara
mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang
disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah
mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak
diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka
selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad
shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan
rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi
setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi
Muhammad, yang merupakan bagian kedua pada Syahadatain, maka setiap Muslim
diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya.
Di dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang
satu persatunya disebutkan dengan nyata, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih,
Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syu'aib, Musa,
Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya, Isa,
Beberapa dalil mengenai adanya rasul Allah adalah sebagai berikut:
1) "Kami
utus pada setiap ummat itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2) "Kami
tidak akan memikulkan siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu Kami utus
seorang Rasul," (Isra', 17:15).
2.2.5 Iman Kepada Kebangkitan Setelah Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati
adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah
akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang
yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia
menghendaki. Pengertian alba’ts (kebangkitan) menurut syar’i adalah
dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga
manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam
keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru. Kita memohon ampunan dan
kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
2.2.6 Iman Kepada Takdir Yang Baik Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah meyakini
secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena
takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala
sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan
kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu.
Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum
menciptakannya. Allah berfirman ”Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49)
2.3 Pengaruh Iman terhadap Kehidupan Seorang Muslim
Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan seseorang
muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
a.
Pengaruh
Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta iman kepada
sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang
ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah
beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam
perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan merasa
sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya, sebab ia yakin
bahwa Allah itu ada. Karena itu selama iman itu ada dalam dirinya, tidak
mungkin ia dapat berbuat yang tidak sesuai dengan perintah Allah.
b.
Pengaruh
Iman Kepada Malaikat
Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya
sebatas mengetahui nama dan tugas-tugasnya, akan berpengaruh terhadap perilaku
manusia. Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk
kita, maka seorang muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap
perbuatannya karena ia akan menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan
dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan keyakinan adanya malaikat, maka
seorang muslim akan senantiasa optimis dan yakin perbuatan yang baiknya tidak
akan sia-sia dilakukan. Oleh karena itu iman kepada malaikat akan melahirkan
sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak mudah putus asa atau kecewa.
c.
Pengaruh
Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi manusia
dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya,
karena jalan yang harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab
suci. Manusia tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan yang akan
ditempuhnya setelah kehidupan untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya
setelah hidup berakhir, maka dengan pemberitahuan kitab suci manusia dapat
mengatur hidupnya menyesuaikan dengan rencana Allah, sehingga manusia mempunyai
masa depan yang jelas.
d.
Pengaruh
Iman Kepada Rasul
Iman kepada rasul merupakan
kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka manusia dapat melihat
contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang
diharapkan Allah. Dengan perilaku yang dicontohkan Rasulullah, maka manusia
akan mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap mengenai berbagai tuntutan
kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah, hubungan antar manusia maupun
lainnya.
e.
Pengaruh
Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir atau hari
kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir sebagai ujung perjalanan umat
manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni bahwa
tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya. Manusia tidak akan kecewa
apabila di dunia ia tidak memperolah balasan dari amal perbuatannya, karena ia
yakin di hari akhir ia akan memperoleh balasan apa yang ia perbuat di dunia
ini. Apabila seorang muslim yakin akan hari akhir, maka ia akan terhindar dari
sikap malas dan suka melamun, melainkan ia akan terus berproses dan mencari
makna kehidupan.
f.
Pengaruh
Iman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir akan
melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab yang
menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan
Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan
sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, jika kita
tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu
buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut
Allah. Karena itu dalam kaitan dengan takdir ini segogjayanya lahir sikap sabar
dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a.
Rukun Iman
dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang
muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam
ajaran Islam, yaitu:man kepada Allah, Iman
kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada
Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat, Iman
kepada Qada dan Qadar,
b. Iman kepada
Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang
muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak
perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan
Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan
waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun
di sekitarnya.
c.
Keyakinan
terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita
yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang
muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan
menyadari bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
d.
Iman kepada
kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran
jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia telah
diberitahukan Allah dalam kitab suci.
e.
Iman kepada
rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka manusia
dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa
yang diharapkan Allah.
f.
Beriman
kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir
sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan
sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia,
karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
g. Beriman
kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa,
sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan
kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai
dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
3.2 Saran
Keimanan
seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari, oleha karena itu
penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita
kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah
SWT. Juga keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir
senantiasa harus ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.
DAFTAR PUSTAKA
A. Ahyadi.
2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP
Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya:
Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam.
Bandung: Penerbit Pustaka
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan
Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Tiga Mutiara
makasih atas pengetahuanya :)
BalasHapus