Makalah Agama
SIFAT
SIFAT ALLAH
DI
S
U
S
U
N
Oleh
:
Bayu
Nurhada (1115010208)
FAKULTAS
EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS SERAMBI
MEKKAH
BANDA ACEH
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
" SIFAT SIFAT ALLAH" tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Banda Aceh,10 Mei 2012,
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha
perkasa, keperkasaan Allah tiada bandingannya, tidak terbatas dan bersifat
kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta ini untuk kepentigan umat manusia,
dalam menciptakan alam Allah tidak pernah meminta bantuan terhadap mahluk lain,
oleh karena itu kita sebagai hamba Allah hendaknya selalu memuliakan-Nya,
kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati seagala apa yang telah
diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang telah di larang-Nya.
Kemampuan Allah dalam menciptakan
alam beserta isinya merupakan wujud dari Asmaul Husna yaitu Al-Aziz, Allah
memiliki 99 Asma’ul Husna, termasuk di antaranya ialah Al-Gaffar, Al-Basit,
An-Nafi’, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Hakim, Al-Fattah, Al-Adl, Al-Qayyum, dan
seterusnya. Nama-nama tersebut telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa Adanya
Asmaul Husna sebagai bukti bahwa Allah maha perkasa dan maha bijaksana, untuk
itu maka kita wajib mengamalkan Asmaul Husna ke dalam kehidupan sehari-hari.
- B. Rumusan Masalah
1.
Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar
Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al
Afuww).
2.
Menujukan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al
Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al
Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
3.
Menujukan perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al
Ghafuur, An Nafii`, Al Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al
Fattaah, Al Qayyuum) dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith, An
Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al
Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww) dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Menguraikan 10
Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al
Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
Menurut bahasa, asma’ul husna
berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik
yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya. Di dalam
al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-A’raf/7: 180 sebagai
berikut :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا
الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul
husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya.
Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna)
yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni, dapat dirangkai secara
kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan lafadz
al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan,
disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur.
Dan kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke
pembatas besar dalam untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle,
bermula dan berakhir pada stu titik, atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li
Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari tuhan dan akan kembali
kepada-Nya.
Seperti yang telah disebutkan di
atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99 nama. Sebagian dari Asmaul Husna
tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni sifat-sifat dan pasti
dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah SAW bersabda; Artinya:”
Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama, seratus kurang
satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini akan kebenarannya maka ia
masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak genap dan senang sekali
sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).
Kembali lagi ke pembahasan awal,
yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al
Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz, Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan sebagai
berikut;
1) Al
Muqsith المقسط
Yang Maha Seimbang.
Allah tidak pernah memberatkan satu
pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak meringankan satu pihak dengan
pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan budak, semuanya di Anggap
sama.
2) An
Nafii`
النافع
Yang Maha Memberi Manfaat.
Dikatakan bahwa Dialah yang memberi
Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada di bumi ini untuk memberikan
manfaat kepada mahluknya.
3) Al
Waarits الوارث
Yang Maha Pewaris.
Dalam kehidupan manusia Allah tidak
hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an
(Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml
27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) .
4) Ar
Raafi`
الرافع
Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Walaupun kita sudah jatuh, Ia dapat
membangkitkan kita kembali, walaupun sudah mencapai titik rendah, Ia bisa meninggikan
kembali. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk dapat
melakukannya.
5) Al
Baasith
الباسط
Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Ketika kita dihadapkan dengan
permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita hadapi cukup lama, ketika
kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk dapat melaluinya dan
enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah) yang maha
melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang membesarkan
hati kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih lagi
penyayang hamba-Nya.
6) Al
Hafizh
الحفيظ
Yang Maha Memelihara.
Begitu besar-Nya ia, sehingga
segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia yang kecil,
yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Manusia juga tidak
bisa disebut sang pemelihara. Paling banter, kita hanya memelihara keluarga
kita sendiri dan itupun karena kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya kita tidak dapat
melakukan apapun. Sebagai pemelihara dan melestarikan sifat-sifat bijak kita.
Ia memberikan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita.
Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan, karena Ia adalah yang memberi kekuatan
(al-Muqit).
7) Al
Waduud الودود
Yang Maha Mengasihi.
Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya
kata Wadud itu lebih mendekati makna rahmat, tetapi rahmat
menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan orang yang
dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan. Perbuatan Ar-Rahim
itu mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan perbuatan Al-Wadud
itu tidak demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada siapa yang
dikehenndaki-Nya, termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka, orang kuat
dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang mukmin,
sebab mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah dan merekalah
orang-orang yang khusus mendapatkan kasih saayang-Nya sebagai tambahan dari
rahmat yang telah mereka peroleh.
8) Al
Walii
الولي
Al-Waliy Yang Maha Melindungi
Sahabat-sahabat kita di dunia ini
tidaklah bisa melindungi kita, hari ini melindungi besok tidak, hari ini
sahabat, bisa jadi besok berubah menjadi musuh, bahkan ketika ada suatu bencana
pun mereka tak mampu menolong kita, Mereka bukanlah sahabat sejati kita, mereka
hanyalah teman bagi kita, karena hanya Allah lah yang bisa melindungi kita
kapan pun dan dimanapun, karena erlindungan-Nya tak terbatas oleh ruang dan waktu.
9) Al
Mu`izz
المعز
Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Dikatakan bahwa Al-Mu’izz itu
adalah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya,
sedangkan Al-Mudzill itu ialah Dzat yang menundukkan orang yang dikehendaki-Nya
dengan jalan menghinakannya. Namun jangan lupa di balik penarikannya kembali
itupun terdapat kemurahan Allah, Ia ingin meningkatkan kesadaran kita dan
merendahkan derajat kita itu merupakan sarana untuk mencapai apa yang di
inginkan-Nya. Hanya kesadarn yang bisa menyelamatkan kita, dan Ia ingin kita
selamat, makadari itu janagn pernah meragukan kebijakan-Nya, apapun di lakukan
oleh-Nya untuk membuat kita sadar. Karena Ia maha Memuliakan (mahluk-Nya).
10) Al-
Afuww العفو
Yang Maha Pemaaf.
Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala
kejahatan dan memaafkan orang-orang yang telah berbuat maksiat. Kata
al-Afuww ini mendekati makna Al-Ghafur, tetapi ia lebih sempurna. Sebab, Al-Ghafur itu adalah as-sitr
(merahasiakan), sedangkan Al-Afuww itu adalah al-mahwu (menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang
ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia menghaturkan catatan
amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian besar lembaran amal
itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka sadarlah mereka
bahwa Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu. Firman Allah: “Dan
Dialah yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
B. Kebenaran
tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al
Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al
Mu`izz, Al Afuww).
Betapa mulia ajaran Rosulullah yang
dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang kebesaran dan keagungan Allah
SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban yg tampak sebagai bukti
kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah perlihatkan kepada kita
senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-Nya. Berikut
adalah sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul Husna,
- Al Muqsith المقسط
Yang Maha Seimbang.
Kita sudah menyaksikan bayak sekali
oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan sebaliknya oaring miskin menjadi
kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot, sedangkan orang tak
punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat, inilah yang yang
sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang mengambil hak
orang yang teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya adalah dengan
menjadikan orang teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang menganiayanya.
Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa
dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
- An Nafii` النافع
Yang Maha Memberi Manfaat.
Tidakkah kita berpikir bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan,
bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini, di antara tumbuh-tumbuhan
banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan obat untuk
menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat
menjadi dokter yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak
akan terjadi kecuali dengan kebesaran Allah.
- Al Waarits الوارث
Yang Maha Pewaris.
Lautan samudra, Tanah tempat kita
menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan masih banyak lagi ciptaan-Nya
yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan sebagian dari apa yang Ia
ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta,
tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32)
bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting
adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang dengan
mata hati senantiasa menyaksikan makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya.
Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari,
setiap saat, dan setiap detik, karena itulah Dia azali dan abadi. Hal ini dapat
dicapai oleh mereka yang memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang
tunggal perbuatannya di langit dan di bumi hanya satu. Berakhlak dengan ism
ini mengharuskan kita menjadi warits dari apa yang telah dilakukan oleh
orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.
- Ar Raafi` الرافع
Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Bukan suatu hal yang mustahil jika
Allah bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal dunia, pernah kita jumpai
kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri, Allah punya alasan tersendiri
mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk hidup kembali di dunia,
memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan itu memang ada.
Dan semua itu adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
- Al Baasith الباسط
Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Allah tidak akan memberi cobaan
melebihi batas kemampuan hamba-Nya, tidakkah kita merasakan Ketika kita
mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai kekuatan apa-apa,
kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita juga
dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati
kita, jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian
adalah bentuk kebesaran allah dalam sifat-Nya Al-Baasith?.
- Al Hafizh الحفيظ
Yang Maha Memelihara.
Begitu besarnya Allah,
sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih, manusia yang
kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia memberikan
kesehatan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita.
Dan Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan,
- Al Waduud الودود Yang Maha
Mengasihi.
Dimana ada kesulitan pasti di situ
terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada kebahagiaan sesuai yang
telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang dengan sesuatu
yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang kita
butuhkan. Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.
- Al
Walii الولي
Al-Walii Yang Maha Melindungi
Msihkah kita teringat dengan
musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa tsunami yang menimpa
aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai sekarang masih
aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi selain
Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah
mereka bisa selamat, tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat
menyelamatkan dirinya masing-masing, karna kebesaran Allah yang bersifat
melindungi inilah mereka dapt selamt, bahkan masih dapat bernafas hingga saat
ini. Dan masih banyak lagi kebesaran Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak
mungkin dapat di uraikan disini.
- Al Mu`izz المعز
Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Seseorang bisa bangkrut dari
usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih untung dari usahanya
usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi ia dapat
berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang
harta tapi hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat
derajat orang-orang yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang
teraniaya, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah
sebagian contoh dari kebesaran Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz.
- Al Afuww العفو
Yang Maha Pemaaf.
Kadang kita tidak mau memaafkan
perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita, padahal perbuatan itu tidak
seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada Allah, yang sering
melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli semu itu,
siapapun yang bersungguh-sungguh bertobat kepadanya, maka Ia akan menerimanya.
Apa kita tidak membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun tidak akan
di maafkan oleh Allah? Lalu apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah
kebesaran dari Allah jika Ia dapat memaafkan seluruh hambanya yang
sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya.sesuai dalam Firman Allah:
“Dan Dialah yang menerima tobat
dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura:
25).
C. Perilaku orang
yang mengamalkan 10 Asmaul Husna, (Al `Aziiz , Al Ghafuur, An Nafii`, Al
Baasith, Ar Ra`uuf, Al Barri, Al `Adl, Al Ghaffaar, Al Fattaah, Al Qayyuum)
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun iman itu meliputi tiga insur
yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat dengan anggota badan (berbuat),
orang yang beriman kepada Allah harus dapat membuktikan keimanan tersebut dalam
perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul Husna di atas adalah sebagai
berikut:
1. Al-Aziz
yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal,
keperkasaan-Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan
sesuatu menurut kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut
kehendak-Nya pula. Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan
tegar, tidak lemah, tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba
Allah, karena godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz dalam Qs.
Al-Ankabut/29: 42
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ
مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya; “Sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
2. Al-Ghafuur
yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut senantiasa
murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat kesalahan
pada dirinya.
3. An-Nafii’
yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat tersebut
maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima dengan
memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.
4. Al-baasith
yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat ini pasti
bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah yang
di berikan kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang
mengatur rezeki manusia.
5. Ar-Rauuf
yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan sifattersebut
dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena sadar
bahwa sesuatu yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya.
Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah SWT.
6. Al-Barri
yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia Gemar
mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin maupun
anak yatim, sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.
7. Al-Adl
yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia pasti
Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada
siapapun dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan
yang salah. Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.
8. Al-Ghaffar
yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini maka ia
mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak
meminta maaf, apalagi meminta maaf. Dan Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs.
Thaha/20: 82)
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ
وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
- Al-fattah yang artinya Sang Pembuka/Maha Memberi
keputusan,
Allah yang memutuskan mahluknya akan masuk syurga atau neraka, dan Allah
yang Maha Memberi Rahmat umat-Nya. Maka masuknya seseorang yang
mengamalkan sifat ini maka ia akan Tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Sesua dalam Dalil naqli, (Qs. Saba’/34: 26)
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا
ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita
akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan
benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui”
- Al-Qayyum yang artinya Yang
Maha Berdiri Sendiri,
Adapun orang yang mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri
dalam menjalankan kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial
tersebut tidak menjadi alasan untuk tergantung kepada orang lain. Hubungan
sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap mandiri perlu ditanamkan
dalam kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban orang lain.
Berikut adalah Dalil naqli dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي
السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا
بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ
إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا
يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus ; tidak mengantuk
dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.
- D. Meneladani
sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 Asmaul Husna (Muqsith, An
Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al
Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww) dalam kehidupan
sehari-hari.
A) AL Basith
Al Baasith (Yang Maha Melapangkan makhluknya).
meneladani Al-basith bearti kita
harus melapangkan hati sendiri dengan cara mendekatkan diri dan taat kepada
allah, ketika kita ingat dan taat kepada allah maka senantiasa hati kita akan
tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28). selain itu kita juga harus
melapangkan hati orang lain, terutama orang yg kita cintai, dengan cara
membahagiakannya, sebagaimana contoh, apabila saudara kita membutuhkan bantuan
maka bantulah semampu kita. Dan bagaimana bantuan yg kita berikan membuatnya
menjadi senang.Al ankabut 29.62.
B) Al
Waarist (yang maha mewarisi)
Yang meneladani sifat ini hendaknya
bila memiliki kemampuan agar menyumbangkan warisanya kepada keluarga yang lebih
membutuhkan. Kalau ini tidak dapat dilakukanya, maka janganlah warisan
menjadikan keluarga berantakkan, dan lebih lagi jangan memakan harta waris yang
bukan haknya. Ini merupakan salah satu yang dikecam Allah secara tegas (Qs.
Al-Fajr:19). Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri dengan
sifat-sifat yang dirinci-Nya ketika menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang
wajar menjadi ahli warist syurga (Qs. Al-Mu’minun:1-11)
C) Al-Muizz (yang
maha memulyakan mahluk-Nya)
Kita Sadar bahwa kemulyaan itu milik
allah, karnanya jika kita menginginkan kemulyaan, maka untuk meneladani-Nya
kita harus taat dan patuh kepadanya, niscaya allah akan menganugrahkan
kemulyaan kepada kita. Selain itu kita juga harus memulyakan orang tua
kita karna mereka adalah orang yg paling berjasa dalam hidup kita,
memulyakannya dengan berbakti pada kedua orang tua, tidak sesekali menyakitinya
apalagi durhaka padanya. Dan janganlah engkau terlena oleh masa-masa kesenangan
dan kelapangan ketika semua itu terjadi dengan melupakan Allah didalam
kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi sombong karena mengira bahwa
dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka Pada saat itu kita harus
ingat kepada sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur (syukr), karena Allah
menyukai orang-orang yang bersyukur.
D)
AL-Hafizh ( yang maha memelihara)
Untuk meneladaninya kita harus besyukur
kepedaAllah SWT yang telah memberikan beribu-ribu kenikmatan kepada kiata,
termasuk di antaranya ia menciptakan hutan juga unuk kepentingan kita, untuk
itu kita harus memeliharanya dengan baik dan peduli dengan lingukan, semua yang
diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan, karena itu kita harus memeliharanya
dengan baik.
E)
Al-Walii (yang maha melindungi)
Untuk meneladani sifat ini dapat
dilakukan dengan tidak melindungi dan membela orang-orang yang salah.
Selalu memohon perlindungan dari godaan setan, berani mengatakan tidak untuk
mengatakan hal-hal yang tidak baik meskipun menyakitkan diri sendiri maupun
orang lain.
F) An-Nafii` (Yang Maha Memberi
Manfaat).
Sifat ini dapat di teladani dengan
cara menggunakan waktu kita dengan efektif, dan tidak menyia-nyiakannya, jika
ita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin maka hidup kita akan bermanfaat
pula, selain kita menjadi orang yang disiplin, banyak pula orang yang
membutuhkan karna kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja. Karna sebaik-baiknya
manusia adalah bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam kesibukan,
janganlah sampai melupakan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
G) Al Muqsith (Yang Maha
Seimbang).
Sifat ini dapat di teladani dengan
tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita yang miskin dan yang kaya, yang baik
dan yang buruk, kita harus menghormati dan menghargai mereka karna kita
sama-sama sebagai mahluk Allah yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa
seseorang yang lain.
H) Al
Waduud (Yang Maha
Mengasihi).
Sifat ini dapat di teladani dengan
cara membagikan rizqi yang kita peroleh kepada orang-orang yang lebih
membutuhkannya, seperti mengasihi anak yatim dan menyantuni fakir miskin.
Sebagai wujud rasa bersyukur kita kepada Allah yang telah memberikan rizqi yang
cukup, sehingga kita dapat berbagi dengan yang lain.
I)
Ar Raafi` (Yang Maha Meninggikan makhluknya).
Meneladani sifat Ar-Raafi’ juga
dapat di lakukan dengan cara kita membantu memecahkan suatu permasalahan teman
yang sedang membutuhkan bantuan kita, agar ia tidak merasa terpuruk, dan
sedikit meringankan bebannya, seperti yang sudah di singgung dalam keterangan
di atas bahwa manusia tak bisa hidup seniri tanpa orang tang lainnya.
J) Al
Afuww (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).
Untuk meneladani sifat ini dapat di
lakukan dengan cara memaafkan kselahan kecil maupun kesalahan besar yang di
buat oleh seseorang terhadap diri kita, meskipun kadang enggan untuk
memaafkannya karena kesalahan yang ia perbuat pada kita terlalu buruk tapi
tidak ada salahnya jika kita belajar sedikit demi sedikit untuk melupakan
kesalahannya dan memikirkan hal-hal yang positif, maka lambat laun
kita akan terbiasa dengan sifat yang mudah memaafkan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah
atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-Husna. Nama-nama tersebut
merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap Hambanya. Karena itu, jika
nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan, niscaya akan mempunyai
pengaruh yang sangat besar,
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia
telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk akal hingga yang tidak masuk
akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena Allah Maha Kuasa di atas
segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan dan nikmat yang di
berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan, karena Allah
adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh karena itu sebagai hamba Allah
yang taat dan patuh senantiasa akan mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya sebagai wujud kecintaan kita
terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.
DAFTAR
PUSTAKA
o Krishna Anad, Asmaul
Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta; Gramedia
Pustaka Utama.
o Syaikh Al-Utsaimin
Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memehami Nama dan Sifat Allah, 2003,
Jogjakarta; Media Hidayah
o Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan
Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X, 2007, Jakarta; Ganesa
Exact.
o Zaenal Damam Muhammad
S. Makhfud Ahmad S. Buku Ajar Acuan Pengayaan Akidah Ahlak, MTS
Kelas VII Semester 2, 2008,Solo; CV. Sindunata.
o El-Bantanie Syafii
Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT. Wahyu Media.
o http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02
o http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=504:meneladani-sifat-sifat
tuhan&catid=101:tafsir&Itemid=353, 30/04/2011=13.10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar